dalam pembuatan film
Sutradara atau pembuat film adalah orang yang bertugas
mengarahkan sebuah film
sesuai dengan manuskrip, pembuat film juga digunakan untuk merujuk pada produser film.
Manuskrip skenario
digunakan untuk mengontrol aspek-aspek seni dan drama. Pada masa yang
sama, sutradara mengawal petugas atau pekerja
teknik dan pemeran
untuk memenuhi wawasan pengarahannya. Seorang sutradara juga berperan dalam
membimbing kru teknisi dan para pemeran film dalam merealisasikan kreativitas
yang dimilikinya.
Tanggung jawab sutradara
¢ Sutradara
bertanggung jawab atas aspek-aspek kreatif pembuatan film, baik interpretatif maupun
teknis. Ia menduduki posisi tertinggi dari segi artistik dan memimpin pembuatan
film tentang "bagaimana
yang harus tampak" oleh penonton. Selain mengatur laku di depan kamera dan mengarahkan akting
serta dialog, sutradara juga
mengontrol posisi beserta gerak kamera,
suara, pencahayaan, dan hal-hal lain yang menyumbang kepada hasil akhir sebuah
film.
¢ Dalam
melaksanakan tanggung jawabnya seorang sutradara bekerja bersama para kru film dan pemeran film. Di
antaranya penata
fotografi, penata
kostum, penata
kamera dan lain sebagainya. Selain itu sutradara juga turut terlibat dalam
proses pembuatan film mulai dari pra-produksi, produksi, hingga pasca-produksi.
1.
Tugas Sutradara
Menurut sutradara
berbakat, Harry Suharyadi, tugas seorang sutradara adalah menerjemahkan
atau menginterpretasikan sebuah skenario dalam bentuk imaji/gambar hidup dan
suara. Pada umumnya, seorang sutradara tidak merangkap sebagai produser,
meskipun di Amerika
cukup banyak sutradara yang merangkap produser seperti beberapa kali Kevin Costner merangkap sutradara
sekaligus produser.
Pada umumnya, apa pun bentuk produksi audio visual selalu terbagi menjadi tiga tahap, yakni:
1) praproduksi,
2) produksi atau shooting,
3) pascaproduksi.
Tugas sutradara adalah pada tahap produksi. Namun bukan berarti sutradara tidak perlu mengetahui aspek praproduksi dan pasca produksi. Pemahaman praproduksi akan mencegah sikap arogan dan tutuntutan yang berlebih atas peralatan dan aspek-aspek penunjang produksi yang notabene merupakan tugas tim praproduksi. Misalnya, sutradara tidak terlalu menuntut disediakan pemeran yang honornya mahal apabila ia menyadari bahwa tim budgeting tidak menganggarkan dana berlebih untuk honor pemeran. Pemahaman pascaproduksi akan mencegah sutradara menginstruksikan pengambilan gambar dengan komposisi atau enggel yang penyambungannya mustahil dilakukan oleh editor.
Pada umumnya, apa pun bentuk produksi audio visual selalu terbagi menjadi tiga tahap, yakni:
1) praproduksi,
2) produksi atau shooting,
3) pascaproduksi.
Tugas sutradara adalah pada tahap produksi. Namun bukan berarti sutradara tidak perlu mengetahui aspek praproduksi dan pasca produksi. Pemahaman praproduksi akan mencegah sikap arogan dan tutuntutan yang berlebih atas peralatan dan aspek-aspek penunjang produksi yang notabene merupakan tugas tim praproduksi. Misalnya, sutradara tidak terlalu menuntut disediakan pemeran yang honornya mahal apabila ia menyadari bahwa tim budgeting tidak menganggarkan dana berlebih untuk honor pemeran. Pemahaman pascaproduksi akan mencegah sutradara menginstruksikan pengambilan gambar dengan komposisi atau enggel yang penyambungannya mustahil dilakukan oleh editor.
2.
Rumus 5-C
Sebelum seorang sutradara
mengarahkan semua pemain dalam sebuah produksi, ada baiknya sutradara memiliki
kepekaan terhadap Rumus 5 –C, yakni close up
(pengambilan jarak dekat), camera angle
(sudut pengambilan kamera), composition (komposisi), cutting (pergantian
gambar), dan continuity (persambungan gambar-gambar) (Hartoko 1997: 17). Kelima
unsur ini harus diperhatikan oleh sutradara berkaitan dengan tugasnya nanti di
lapangan.
Close Up
¢
Unsur ini diartikan sebagai pengambilan jarak
dekat. Sebelum produksi (shooting d I lapangan) harus mempelajari dahulu
skenario, lalu diuraikan dalam bentuk shooting script, yakni keterangan rinci
mengenai shot-shot yang harus dijalankan juru kamera. Terhadap unsur close up,
dia harus betul-betul memperhatikan, terutama berkaitan dengan emosi tokohnya.
Gejolak emosi, peradaban gundah sering harus diwakili dalam shot-shot close up.
Bagi seorang kritikus film, sering unsur menjadi poin tersendiri ketika menilai
sebuah film. Untuk itu, unsur ini harus menjadi perhatian sutradara.
Camera Angle
¢
Unsur ini sangat penting untuk memperlihatkan
efek apa yang harus muncul dari setiap scene (adegan). Jika unsur ini diabaikan
bisa dipastikan film yang muncul cenderung monoton dan membosankan sebab camera
angle dan close up sebagai unsur visualisasi yang menjadi bahan mentah dan
harus diolah secermat mungkin. Harry mencontohkan, untuk film-film opera sabun
sering ada pembagian kerja antara pengambilan gambar yang long shot d a n
close up untuk kemudian diolah dalam proses editingnya. Variasi pengambilan
gambar dengan camera angle dapat mengayakan unsur filmis sehingga film terasa
menarik dan memaksa penonton untuk mengikutinya terus.
Composition
¢
Unsur ini berkaitan erat dengan bagaimana
membagi ruang gambar dan pengisiannya untuk mencapai keseimbangan dalam
pandangan. Composition merupakan unsur visualisasi yang akan memberikan makna
keindahan terhadap suatu film. Pandangan mata penonton sering harus dituntun
oleh komposisi gambar yang menarik. Tidak jarang para peresensi film memberikan
penilaian terhadap unsur ini karena unsur inilah yang akan menjadi pertaruhan
mata penontonnya. Jika aspek ini diabaikan, jangan harap penonton akan menilai
film ini indah dan enak ditonton. Seorang sutradara harus mampu mengendalikan
aspek ini kepada juru kamera agar tetap menjadi komposisi secara proporsional
berdasarkan asas komposisi.
Cutting
¢
Diartikan sebagai pergantian gambar dari satu
scene ke scene lainnya. Cutting termasuk dalam aspek pikturisasi yang berkaitan
dengan unsur penceritaan dalam urutan gambar-gambar. Sutradara harus mampu
memainkan imajinasinya ketika menangani proses shooting. Imajinasi yang
berjalan tentunya bagaimana nantinya jika potongan-potongan scene ini diedit
dan ditayangkan di monitor.
Continuity
¢
Unsur terakhir yang harus diperhatikan
sutradara adalah continuity, yakni unsure persambungan gambar-gambar. Sejak
awal, sutradara bisa memproyeksikan pengadegan dari satu scene ke scene
lainnya. Unsur ini tentunya sangat berkaitan erat dengan materi cerita. Sering
penonton merasa film yang ditontonnya loncat ke sana atau ke mari tidak karuan
sehingga membuat bingung. Terhadap kasus ini karena sutradara tidak mampu
memperhatikan aspek kontinuitas dari film yang digarapnya.
3.
Unsur Visual (visual element)
Selanjutnya masih dalam tahap
persiapan penyutradaraan, seorang sutradara juga harus memahami unsur-unsur
visual (visual element) yang sangat penting dalam mengarahkan seluruh krunya.
Ada enam unsur visual yang harus diperhatikan, sikap pose (posture), gerakan
anggota badan untuk memperjelas (gesture), perpindahan tempat (movement),
tindakan/perbuatan tertentu (purpose action), ekspresi wajah (facial expression),
dan hubungan pandang (eye contact) (Hartoko, 1997:25).
Sikap/Pose
¢
Jika anda mengarahkan para pemain dalam film
yang anda buat, hal pertama yang menjadi arahan adalah sikap/pose (posture)
pemainnya. Ini sangat erat kaitannya dengan penampilan pemain di depan kamera.
Dengan monitor yang tersedia, sutradara harus mampu memperhatikan pose
pemainnya secara wajar dan memenuhi kaidah dramaturgi. Sebelum pose sesuai
dengan tuntutan skenario usahakan sutradara jangan putus asa terus mencoba.
Apalagi untuk kalangan indie yang cenderung pemainnya masih baru atau belum
pernah main sama sekali (tetapi gratis).
Gerakan Anggota Badan
Sesuai dengan shooting script,
tentunya seorang atau beberapa pemain harus menggerakkan anggota tubuhnya.
Namun, gesture yang mereka mainkan harus betul-betul kontekstual. Artinya,
harus betul-betul nyambung dengan gerakan anggota tubuh sebelumnya. Misalnya,
setelah seorang pemain minum air dari gelas tentunya gerakan berikutnya
mengembalikan gelas tersebut dengan baik. Jangan sampai ada gerakan-gerakan
tubuh yang secara filmis dapat menimbulkan kejanggalan.
Perpindahan Tempat
¢
Seorang Sutradara dengan jeli akan
memperhatikan dan mengarahkan setiap perpindahan
pemain pendukungnya. Perpindahan pemain ini tentunya dalam rangka mengikuti shooting script yang dibuat sang sutradara sendiri. Di sini, sutradara yang baik harus mampu mengarahkan pemainnya melakukan perpindahan secara wajar dan tidak dibuat-buat. Perpindahan pemain harus alami sesuai dengan jalan cerita yang telah tersusun. Improvisasi bagi pemain memang tidak jadi masalah, tetapi tetap dalam perhatian sutradara. Untuk itu, menonton pertunjukan teater bagi seorang sutradara dapat mengasah ketrampilan penyutradaraannya dan juga sering memberikan penilaian terhadap akting pemain dalam sebuah film dapat memperkaya kepiawaiannya dalam mengarahkan pemain.
pemain pendukungnya. Perpindahan pemain ini tentunya dalam rangka mengikuti shooting script yang dibuat sang sutradara sendiri. Di sini, sutradara yang baik harus mampu mengarahkan pemainnya melakukan perpindahan secara wajar dan tidak dibuat-buat. Perpindahan pemain harus alami sesuai dengan jalan cerita yang telah tersusun. Improvisasi bagi pemain memang tidak jadi masalah, tetapi tetap dalam perhatian sutradara. Untuk itu, menonton pertunjukan teater bagi seorang sutradara dapat mengasah ketrampilan penyutradaraannya dan juga sering memberikan penilaian terhadap akting pemain dalam sebuah film dapat memperkaya kepiawaiannya dalam mengarahkan pemain.
Tindakan Tertentu
¢
Aspek ini tentunya dikaitkan dengan casting
yang diberikan kepada seseorang. Casting di
sini diartikan peran yang dijalankan pemain film dalam menokohkan karakter seseorang yang terlibat dalam cerita film tersebut. Selain ada casting ada juga yang disebut cameo, yakni penampilan seseorang dalam sebuah film tetapi membawakan dirinya sendiri (tidak menokohkan orang lain). Dalam hubungan dengan casting, seorang pemain film harus diarahkan sang sutradara agar melakukan tindakan sesuai dengan tuntunan skenario. Terkadang dalam proses produksi ada pemain yang mencoba menawar kepada sutradara sehubungan dengan akting yang harus dijalankan. Tidak semua sutradara mau meluluskan keinginan kemauan pemain, tetapi juga tidak semua pemain mau meluluskan kemauan sutradara. Pada kondisi seperti ini tinggal dua pilihan, pemain diganti atau mengganti adegan. Mengapa casting dalam kegiatan produksi film cukup lama karena karena persoalan tersebut? Saat film Boy’s Don’t Cry diproduksi, dilakukan casting yang memakan waktu bertahun-tahun. Hal ini dilakukan agar siapa pun yang menjadi pemain film tersebut sesuai dengan keinginan sutradara dan tuntutan skenario.
sini diartikan peran yang dijalankan pemain film dalam menokohkan karakter seseorang yang terlibat dalam cerita film tersebut. Selain ada casting ada juga yang disebut cameo, yakni penampilan seseorang dalam sebuah film tetapi membawakan dirinya sendiri (tidak menokohkan orang lain). Dalam hubungan dengan casting, seorang pemain film harus diarahkan sang sutradara agar melakukan tindakan sesuai dengan tuntunan skenario. Terkadang dalam proses produksi ada pemain yang mencoba menawar kepada sutradara sehubungan dengan akting yang harus dijalankan. Tidak semua sutradara mau meluluskan keinginan kemauan pemain, tetapi juga tidak semua pemain mau meluluskan kemauan sutradara. Pada kondisi seperti ini tinggal dua pilihan, pemain diganti atau mengganti adegan. Mengapa casting dalam kegiatan produksi film cukup lama karena karena persoalan tersebut? Saat film Boy’s Don’t Cry diproduksi, dilakukan casting yang memakan waktu bertahun-tahun. Hal ini dilakukan agar siapa pun yang menjadi pemain film tersebut sesuai dengan keinginan sutradara dan tuntutan skenario.
Ekspresi Wajah
¢
Unsur ini sering berkaitan dengan penjiwaan
terhadap naskah. Wajah merupakan cermin bagi jiwa seseorang. Konsep inilah yang
mendasari aspek ini harus diperhatikan betul oleh sutradara. Terutama untuk
genre film drama, unsur ekspresi wajah memegang peran penting. Banyak juga film
action semacam Gladiator menajamkan aspek ekspresi wajah. Shot-shot close up
yang indah dan pas dapat mewakili perasaan sang tokoh dalam sebuah film. Contoh
kecil sering ditampilkan dalam perfilman India. Jika seseorang sedang jatuh
cinta ukuran gambar big close up bergantian antara pria dan wanita. Namun
sutradara juga
harus memperhatikan penempatannya serta waktu yang tepat. Jika tidak tepat, komunikasi dalam film tersebut gagal. Di sini, ada pedoman time is key, waktu adalah kunci.
harus memperhatikan penempatannya serta waktu yang tepat. Jika tidak tepat, komunikasi dalam film tersebut gagal. Di sini, ada pedoman time is key, waktu adalah kunci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar